BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Revolusi industri yang
bermula dari ditemukannya mesin uap oleh James Watt pada tahun 1765 di Eropa
membangkitkan semangat pelaku industri untuk terus berkembang. Hal tersebut
ditandai dengan pesat kemajuan mesin-mesin industri. Mesin-mesin industri
digunakan untuk menunjang segala pekerjaan yang ada di dalamnya. Kemajuan
teknologi dalam dunia perindustrian memiliki kaitan dengan lingkungan yang ada.
Mesin yang diharapkan dapat membantu dan meringakan pekerjaan para operator
disadari memiliki dampak yang tidak baik terhadap lingkungan. Pelaku industri
terkadang melupakan dampak dari industri yang dihasilkan dari begitu banyak
alat dan tentunya bahan yang mereka gunakan dalam melakukan produksi. Limbah,
kebisingan, kesalahan prosedur dalam mengelola sumbar daya yang digunakan oleh
pelaku indsutri tersebut kemudian mulai menyatu dengan lingkungan yang berada
di sekitar industri tersebut. Peristiwa tersebut akan berlanjut kepada
ketidakseimbangan alam yang disebabkan oleh kelalaian pelaku industri.
Munculnya isu-isu
tentang lingkungan belakangan ini menyadarkan pelaku industri untuk mulai
peduli terhadap lingkungan dan bukan hanya mementingkan keuntungan dan
mengorbankan pihak yang tidak bersangkutan terhadap segala macam kegiatan
industri. Industri sudah harus pintar dalam mengelola dampak dari kegiatan
industri yang dihasilkan, dengan masyarakat dan pemerintah menjadi pengawas
dalam pelaksanaannya. Pemerintah sebagai pemegang kekuasaan dalam sebuah negara
mulai mengatur perbaikan ini dan memberikan lingkungan yang layak terhadap
masyarakat yang ada. Standar yang diberikan oleh dunia internasional untuk mulai
membenahi industri agar sesuai dengan kriteria yang ada adalah ISO 9000.
Standar ini mulai mengatur mutu yang dimiliki oleh sebuah produk dengan
kriteria yang ditentukan bahwa industri harus memperbaiki sistemnya sehingga
ramah lingkungan dan kehidupan dari banyak orang lebih terjaga. Semua orang
bergantung pada lingkungan dimana mereka berada untuk melanjutkan kehidupannya,
maka dengan pertimbangan tersebut diharapkan seluruh industri mengikuti standar
ISO 9000.
BAB II
STUDI PUSTAKA
2.1 Pengertian Industri
Indusrti merupakan
suatu sistem yang merupakan perpaduan antara subsistem fisis maupun non fisis (manusia). Industri dalam
artian yang luas merupakan suatu usaha di bidang ekonomi yang bersifat
produktif. Sedangkan dalam artian yang sempit, industri merupakan suatu usaha
yang sifatnya mengubah dan mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau
setengah jadi (Repository, Universitas Pendidikan Indonesia).
Berdasarkan pngertian
di atas, maka industri merupakan bagian yang berkaitan dengan proses produksi,
yaitu suatu kegiatan yang mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi
atau bahkan barang jadi yang memiliki nilai tambah. Definisi mengenai industri
sangatlah luas, yakni menyangkut semua kegiatan manusia dalam bidang ekonomi
yang sifatnya produktif dan komersial.
2.2 Konsep dan Tujuan Kegiatan Industri
Suatu konsep kegiatan industri atau yang dikenal dengan istilh
industrialisasi berawal dari revolusi
industri pertama pada pertengahan abad ke-18 di Inggris. Revolusi industri ini
ditandai dengan penemuan metode baru untuk permintalan, dan penemuan kapas
yanng mencipatakan spesialisasi dalam produksi, seta peningkatan produktivitas
dari faktor produksi yang digunakan.
Sejarah ekonomi duniai
menunjukan bahwa industrialissi merupakan suatu proses interasksi antara
pengemebangan teknologi, inovasi, spesialisasi, produksi, dan perdagangan
anatarnegara, yang pada akhirnya sejalan dengan meningkatnya pendapatan
masyarakat mendorong perubahan struktur ekonomi dibanyak negara, dari yang
tadinya berbasis pertanian menjadi berbasis industri. Pengalaman di hampir
semua negara menunjukan bahwa indutrialisasi sangat perlu karena menjamin
pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Hanya beberapa Negara dengan penduduk
sedikit & kekayaan alam meilmpah seperti Kuwait & libya ingin mencapai
pendapatan yang tinggi tanpa industrialisasi.
2.3 Klaasifikasi Industri
Industri merupakan suatu kegiatan ekonomi yang
sangat luas, berdasarkan hal tersebut maka idak dapat dipungkiri lagi bahwa industri
memiliki begitu banyak macam disetiap peloksok dunia. Sama halnya dengan cara
begitu banyaknya macam-macam industri di dinia ini, cara pengelompokkan
industri juga berbeda-beda akan tetapi pada hakihatnya, pengelompokan industri
dapat didasarkan pada jenis bahan bakunya, tenaga kerjanya, pangsa pasar,
modal, jenis teknologi yang digunakan dan lain sebagainya. Berikut ini
merupakan pengelompokan atau klasifikasi dari industri.
1. Berdasarkan
bahan baku yang digunakan.
Setiap perusahaan tentunya menggunakan bahan baku
yang berbeda-beda tergantung dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan
tersebut. Maka berdasakan bahan bakunya industri digolongkan menjadi:
- Industri ekstraktif, yaitu suatu jenis industri yang bahan bakunya diperoleh langsung dari alam, contohnya adalah pertanian, peternakan dan pertambangan dan lain sebagainya.
- Setiap perusahaan tentunya menggunakan bahan baku yang berbeda-beda tergantung dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Maka berdasakan bahan bakunya industri digolongkan menjadi:
- Industri nonekstraktif, yaitu industri yang mengolah lebih lanjut hasilhasil industri lain, contohnya adalah industri kayu lapis dan industri kain.
- Industri fasilitatif, yakni suatu jenis industri yang menjual jasa layanan untuk keperluan orang lain, contohnya adalah perbankan, perdagangan, pariwisata dan lain sebagainya.
2. Berdasarkan
tenaga kerjanya.
Jumlah
tenaga kerja untuk setiap perusahaan atau industri tentunya berbeda-beda sesuai
dengan skala industri untuk perusahaan tersebut seperti:
- Industri kecil, sering disebut dengan industri rumahan, yakni memiliki modal yang relative kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara. Tenaga kerja yang digunakan pada skala industri ini umumnya berjumlah sekitar 5 sampai 19 orang, contohnya adalah industri genteng, industri batubata, dan industri pengolahan rotan dan lain sebagainya.
- Industri sedang, yaitu industri yang memiliki modal yang cukup besar, tenaga kerja memiliki keterampilan tertentu, dan pimpinan perusahaan memiliki kemapuan manajerial tertentu dan umumnya menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai 99 orang, contohnya adalah industri konveksi, industri bordir, dan lain sebagainya.
- Industri besar, yaitu industri yang memiliki modal besar yang dihimpun secara kolektif dalam bentuk pemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki keterampilan khusus, dan pimpinan perusahaan dipilih melalui uji kemapuan dan kelayakan (fit and profer test). Umunya, tenaga kerja yang digunakan lebih dari 100 orang, contohnya adalah industri mobil, industri besi baja, dan industri pesawat terbang dan lain sebagainya.
3. Berdasarkan
produk yang dihasilkan, industri dikelompokan menjadi:
- Industri primer, yaitu industri yang menghasilkan barang atau benda yang tidak perlu pengolahan lebih lanjut dimana barang atau benda yang dihasilkan tersebut dapat dinikmati atau digunakan secara langsung, contohnya adalah industri pakaian serta industri makanan dan minuman.
- Industri sekunder, yaitu industri yang menghasilkan barang atau benda yang membutuhkan pengolahan lebih lanjut, contohnya adalah industri industri baja, dan industri tekstil.
- Industri tersier, yaitu industri yang hasilnya tidak berupa barang atau benda yang dapat dinikmati atau digunakan baik secara langsung maupun tidak langsung, melainkan berupa jasa layanan yang dapat mempermudah atau membantu kebutuhan masyarakat. Contohnya adalah perbankan dan pariwisata.
4. Berdasarkan
proses produksi yang diterapkan, industri dikelompokan menjadi:
- Industri hulu, yakni suatu industri yang hanya mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi. Industri ini sifatnya hanya menyediakan bahan baku untuk kegiatan industri yang lain.
- Industri hilir, yakni suatu jenis industri yang mengolah barang setengah jadi menjadi barang jadi sehingga barang yang dihasilkan dapat langsung dipakai atau dinikmati oleh konsumen.
5. Berdasarkan
modal yang digunakannya, dapat dibedakan menjadi:
- Industri dengan penanaman modal dalam negeri, dimana suatu industri memperoleh dukungan modal dari pemerintah. Umumnya pemerintah menyediakan modal untuk industri dengan skala kecil.
- Industri dengan penanaman modal asing, yaitu industri yang modalnya berasal dari penanaman modal asing.
- Industri dengan modal patungan (join venture).
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Keberadaan Industri
Terdapat beberapa factor yang mempengaruhi keberadaan industri di suatu daerah, termasuk faktor geografi juga ikut mempengaruhinya. Berikut ini merupakan factor-faktor yang memepengaruhi keberadaan suatu industri (Repository, Universitas Pendidikan Indonesia).
1. Faktor
sumber daya alam, terdiri dari:
- Bahan mentah
- Sumber energy
- Penyediaan air
- Iklim dan bentuk lahan
2. Factor
sosial, terdiri dari:
- Penyediaan tenaga kerja
- Kemampuan teknologi
- Kemampuan organisasi
3. Factor
ekonomi, terdiri dari:
- Pemasaran
- Transportasi
- Modal
- Nilai dan harga lahan
4. Factor
kebijakan pemerintah setempat.
2.5 Lokasi Suatu Industri
Lokasi suatu industri sangatlah penting
dan akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup suatu
proses produksi khususnya. Penentuan lokasi haruslah tepat dengan tujuan
utamanya yaitu untuk memperbesar keuntungan dengan meminimalisasikan biaya yang
dikeluarkan. Penentuan suatu lokasi industri tentunya harus dapat
memepertimbangkan:
1. Factor
endowment seperti lahan, tenaga dan
modal
2. Pasar
dan harga
3. Bahan
baku dan energy
4. Keterkaitan
antar industri dan penghematan yang ekstrem
5. Kebijakan
pemerintah pada suatu lokasi yang bersangkutan
6. Biaya
angkutan
BAB III
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
Pencemaran lingkungan yang dilakukan
oleh perusahaan banyak terjadi di Indonesia. Salah satu masalah pencemaran
lingkungan yang hingga kini belum selesai permasalahannya adalah bencana lumpur
lapindo. Pencemaran ini dilakukan oleh PT. Lapindo Brantas. Peristiwa ini
terjadi pada tanggal 29 Mei 2006. Selama tiga bulan Lapindo Brantas
Inc, yang merupakan anak perusahaan PT Energi Mega Persada Tbk, melakukan
pengeboran vertikal untuk mencapai formasi geologi yang disebut Kujung pada
kedalaman 10.300 kaki. Sampai semburan lumpur pertama itu, yang dalam dunia
perminyakan dan gas disebut blow out, telah dicapai kedalaman 9.297 kaki
(sekitar 3,5 kilometer). Kedalaman ini dicapai pukul 13.00 dua hari sebelum blow
out. Sesuai kelaziman pada pengeboran di kedalaman tersebut, lumpur berat
masuk pada lapisan, disebut loss, yang memungkinkan terjadinya tekanan
tinggi dari dalam sumur ke atas atau kick, antisipasinya menarik pipa
untuk memasukkan casing yang merupakan pengaman sumur. Penarikan pipa
hingga 4.241 kaki, pada 28 Mei, terjadi kick.
Penanggulangan ini adalah dengan penyuntikan lumpur ke dalam sumur. Ternyata
bor macet pada 3.580 kaki, dan upaya pengamanan lain dengan disuntikan semen.
Bahkan pada hari itu dilakukan fish, yakni pemutusan mata bor dari pipa
dengan diledakan. Peristiwa yang terjadi adalah semburan gas dan lumpur pada
subuh esok harinya.
Kasus lumpur panas Lapindo hingga
kini belum terselesaikan karena PT. Lapindo Brantas belum menyelesaikan masalah
ganti rugi terhadap para korban dan lumpur yang hingga kini terus menerus
keluar. Pihak PT. Lapindo Brantas seharusnya menyelesaikan masalah ganti rugi
kepada korban, karena banyaknya kerusakan yang disebabkan oleh lumpur tersebut.
Penyelesaian yang harus segera dilakukan oleh PT. Lapindo Brantas adalah
bagaimana menyusun kembali struktur yang ada dalam perusahaan untuk membuat
sebuah tim untuk menyelidiki dan menghentikan luapan lumpur yang terus terjadi
hingga kini. Kerusakan lingkungan sepenuhnya menjadi tanggung jawab dari para
pelaku industri PT. Lapindo Brantas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar